Beranda | Artikel
Lari Menuju Allah dengan Bertaubat
Rabu, 6 Desember 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yala Kurnaedi

Lari Menuju Allah dengan Bertaubat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 21 Jumadal Ula 1445 H / 4 Desember 2023 M.

Kajian Tentang Pelajaran-Pelajaran dari Kisah Nabi Adam ‘Alaihis Salam

Pada kajian sebelumnya telah kita bahas tentang faedah dari kisah Adam, yaitu:

  1. Nilai kemuliaan di sisi Allah terkait dengan tingkat ketakwaan. Semakin bertakwa, semakin mulia di sisi Allah.
  2. Allah mengangkat derajat manusia di dunia dan akhirat terkait dengan ilmu. Derajat seseorang naik berdasarkan ilmu yang dimilikinya, bukan karena asal-usul penciptaannya.
  3. Pentingnya lari menuju Allah dengan bertaubat.

Untuk poin yang ketiga, diambil dari kisah Nabi Adam dan Hawa, ketika melakukan kesalahan dengan memakan buah terlarang yang disebut setan sebagai buah khuldi. Akibatnya, Allah murka dan mengeluarkan Adam dari surga. Namun, yang patut dicontoh dari Nabi Adam adalah bertaubat dengan taubatan nasuha, seperti yang tergambar dalam doanya:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf[7]: 23)

Nenek moyang kita, Adam, memberikan contoh bertaubat ketika melakukan dosa. Adapun nenek moyang setan, yaitu iblis, dia tidak bertaubat.

Bertaubat dan beristigfar adalah kebiasaan para nabi. Sebelumnya, kita telah menyebutkan Nabi Yunus dalam surah Al-Anbiya ayat 87-88, di mana ia berdoa dengan istigfar saat berada di dalam perut ikan. Nabi Yunus beristigfar dengan doa yang berisi tiga hal: tauhid, tasbih, dan istigfar. Doa ini:

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Bahwa tidak ada Rabb selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Anbiya[21]: 87)

Kata Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa ini dalam masalah apapu, malainkan Allah kabulkan.” Oleh karena itu kita hendaknya memperbanyak doa ini.

Kemudian, penulis menyebutkan beberapa contoh dari sunnah Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang taubatnya para sahabat Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebagai contoh: Dari Imran bin Hushain Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam keadaan hamil akibat berzina. Wanita tersebut berkata: “Wahai Nabi Allah, aku telah melakukan perbuatan zina, maka tegakkanlah hukuman had atasku.”

Wanita itu berkata menginginkan hukuman yang telah ditetapkan Allah untuk pelaku zina, yaitu dirajam sampai meninggal bagi yang sudah pernah menikah atau dicambuk bagi yang belum menikah.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil wali perempuan tersebut dan berkata: “Berbuat baiklah kepada wanita ini, kalau sudah melahirkan, maka datangkan dia kemari.”

Lihatlah kasih sayang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena wanita itu hamil (membawa manusia yang tidak berdosa), Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta agar hukuman ditunda hingga setelah melahirkan. Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa wanita itu telah menyusui bayinya terlebih dahulu sampai menyapihnya.

Maka diikat pakaiannya agar auratnya tidak tersingkap. Setelah itu, dia dirajam dengan menggunakan batu. Kemduian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menshalati wanita tersebut. Umar bin Khattab berkata kepadanya: “Wahai Nabi Allah, engkau menshalinya padahal dia telah berbuat zina?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

 لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ تَوْبَةً أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ تَعَالَى

“Sungguh wanita ini telah bertaubat dengan taubat yang sangat luas. Seandainya taubat ini dibagi di antara 70 penduduk Madinah, niscaya mencukupi bagi taubat mereka. Apakah ada taubat yang lebih utama dari taubatnya wanita ini yang merelakan dirinya datang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?” (HR. Muslim)

Subhanallah.. Bagi wanita tersebut, dirinya rela meninggal karena taubat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53676-lari-menuju-allah-dengan-bertaubat/